ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kasus Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Waesala Kabupaten Seram Bagian Barat Semester Gasal Tahun Ajaran  2017/2018)

Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ekonomi




Oleh:
NIM : 2011-33-007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2018


BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal yang paling utama setiap bangsa, apalagi bangsa Indonesia yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan baik fisik maupun mental. Pendidikan harus dikembangkan secara terus menerus dengan memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan sangat dibutuhkan dalam menghadapi era globalisasi semakin dituntut meningkatkan kemampuan manusia yang berkualitas, untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan tuntutan zaman, salah satu usaha dalam pengembangan kegiatan pendidikan tersebut adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan.
Begitu pentingnya guru dalam proses peningkatan kualitas pendidikan, maka pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan, kualitas guru, juga pemerintah memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana sekolah dengan tujuan agar proses belajar mengajar berlangsung lebih efektif meskipun telah ada usaha dari pemerintah untuk meningkatkan mutu guru,melengkapi sarana dan prasarana sekolah namun kinerja dari guru masih jauh dari yang diharapkan.
 Hal tersebut diatas salah satu komponen yang bertanggung jawab adalah guru karena keberadaanya di sekolah terkait berlangsung dengan kinerja siswa, guru yang profesional harus bisa meningkat anak secara fisik, mental, emosional dalam proses pembelajaran, supaya mereka mampu mengelolahan,menggunakan, mengkomunikasi problem- problem dalam belajar yang dijalani.
Berbagai usaha sedang dilaksanakan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu memperbaharui kurikulum, melengkapi semua sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan-pelatihan guru. Dan juga diberikan kepada guru-guru yang sudah berprofesional dalam bidangnya suatu penghargaan seperti sertifikat yang akhirnyamengarah kepada tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia ynag beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab “ (Depdiknas, 2003)
Kemampuan belajar seorang guru dapat dilihat oleh siswa, karena siswa langsung berhadapan dengan guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru sebagai pemimpin dalam proses belajar mengajar, harus menguasai berbagai keterampilan dasar mengajar, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Muhibbin Syah (2008: 226) bahwa karakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah fleksibilitas kognitif guru (karakteristik pribadi guru, sikap kognitif guru terhadap siswa, sikap kognitif guru terhadap materi pelajaran dan metoda mengajar), keterbukaan psikologis pribadi guru (kemampuan berkomunikasi, berempati) dan serta dari siswa salah satunya motivasi belajar yang tinggi.
Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilaksanakan sampai saat ini. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melakukan berbagai usahadalam meningkatkan hasil belajar siswa, antara lain penyempurnaan dan pengembangan kurikulum, peningkatan kemampuan guru, serta penyedian sarana dan prasarana sekolah, sehingga mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.
Agar tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut maka seorang guru bertanggungjawab dalam mendidik siswanya. Mutu seorang guru merupakan kunci keberhasilan dalam pendidikan. Dalam proses pembelajaran guru harus dapat mengarahkan siswa agar termotivasi dalam belajar, Tujuan pendidikan nasional begitu terkait dengan guru, oleh karena itu tugas guru untuk meningkatkan mutu pendidikan harus lebih digiatkan lagi sebab keberhasilan dari pendidikan tergantung dengan guru itu sendiri. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1, ayat 1 tentang guru dan dosen menjelaskan bahwa:
“Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidik anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah” (UUD tentang guru dan Dosen, 2005: 2-3)
 Aktivitas belajar bagi setiap individu, tidak selamanya dapat berlangsung secara wajar. Kadang-kadang lancar, kadang-kadang tidak, kadang-kadang dapat cepat menangkap apa yang dipelajari, kadang-kadang terasa amat sulit. Dalam hal semangat terkadang tinggi, tetapi terkadang juga sulit untuk mengadakan konsentrasi. Demikian kenyataan yang sering kita jumpai pada setiap anak didik dalam kehidupan sehari-hari dalam kaitannya dengan aktivitas belajar. Dengan timbulnya masalah tersebut, maka remaja perlu mendapatkan bantuan agar dapat memecahkan masalahnya. Bantuan itu dapat diberikan sebelum atau sesudah remaja bersangkutan bermasalah.
Dalam  kegiatan belajar yang dialami siswa tidak selamanya berjalan dengan lancar dan tidak semua siswa berhasil dalam belajar. siswa dalam mempelajari ilmu ekonomi pasti akan berjalan dengan baik, Namun kenyataannya siswa kurang minat dan motivasinya mempelajari ilmu ekonomi sehingga nilai yang diperoleh siswa kurang memuaskan. hasil belajar adalah suatu kegiatan yang setelah dikerjakan, diciptakan secara individu maupun kelompokhasil belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang di lakukan atau dikerjakan. Jadi hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang setelah melakukan kegiatan atau perbuatan belajar.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relative menetap dalam belajar, akan menunjukan fenomena yang beragam (heterogen), akan tetapi untuk memudahkan dalam memahami keragaman fenomena itu, faktor rendahnya hasil belajar dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu rendahnya hasil belajar yang bersifat internal yang disebut (learning disability) dan ditinjau dari segi fisiologis seperti , Cacat panca indera dan minat belajar siswa. Dan ditinjau dari segi psikologis seperti, Motivasi, perhatian, Minat. rendahnya hasil belajar yang bersifat eksternal berkaitan Faktor keluarga, faktor lingkungan sekolah, faktor lingkungan (masyarakat) yang disebut dengan learning problem.
Menurut Biggs (dalam Sugihartono dkk 2007:81) pembelajaran dalam pengertian kualitatif berarti upaya guru untuk memudahkan kegiatan belajar peserta didik. Dalam pengertian ini peran guru dalam pembelajaran tidak hanya menjejalkan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi juga melibatkan peserta didik dalam aktivitas belajar yang efektif dan efisien. Keberhasilan atau kegagalan peserta didik dalam belajar salah satunya ditentukan oleh prestasi belajarnya. Hal ini dapat dilihat pada tingginya perolehan nilai ujian atau hasil evaluasi yang dicapai. Sebaliknya, peserta didik yang belum berhasil dan mengalami kesulitan dalam belajar akan ditandai dengan rendahnya nilai ujian yang diperoleh.
Pelajaran Ekonomi di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) bukanlah mata pelajaran yang asing di kalangan peserta didik. Pelajaran Ekonomi sendiri telah diberikan kepada peserta didik di Sekolah Menengah Pertama (SMP) walaupun masih dalam lingkup yang sederhana. Pelajaran ekonomi kelas XI sebagian besar merupakan pengulangan materi pelajaran IPS di SMP sehingga dalam pemahamannya peserta didik tidak terlalu kesulitan.
Pelajaran ekonomi bukanlah mata pelajaran hafalan, namun pelajaran yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mengaitkan antara teori dengan realitas kehidupan, sehingga mereka dapat menerapkan pengetahuan ekonomi secara kritis untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi yang dihadapi sehari-hari. Berdasarkan Permendikbud No. 21 Tahun 2016 Tentang Standart Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, maka dapat diketahui dalam pembelajaran ekonomi di tingkat SMA/MA program peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) peserta didik akan dikenalkan dengan ruang lingkup mata pelajaran ekonomi, yakni :

1.      Konsep dasar ilmu ekonomi, permasalahan ekonomi, pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran , bank dan lembaga keuangan bukan bank, konsep manajemen, badan usaha dan koperasi.
2.      Pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, ketenagakerjaan, pendapatan nasional, APBN dan APBD, pajak, inflasi, kebijakan moneter dan fiskal, perdagangan internasional dan kerjasama internasional.
3.      Sistem informasi akuntansi, persamaan dasar akuntansi, siklus akuntansi perusahaan jasa dan perusahaan dagang.

            Keseluruhan dari ruang lingkup di atas diberikan mulai jenjang kelas XI hingga kelas XII dan setiap ruang lingkup memiliki ciri tersendiri dilihat dari banyaknya materi yang harus di tuntaskan dan hubungan pokok bahasan terhadap kehidupan sehari-hari dari peserta didik. Belajar di sekolah tidak senantiasa berhasil. Tidak sedikit peserta didik yang mengalami kegagalan dalam mencapai tujuan dalam belajar, di karenakan setiap ruang lingkup memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda bagi peserta didik.
Salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan dan keterampilan peserta didik terhadap mata pelajaran adalah prestasi belajar yang umumnya ditunjukkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar peserta didik yang terutama dinilai ialah aspek kognitifnya, karena berhubungan dengan tingkat pemahaman peserta didik dalam proses kegiatan pembelajaran. Pada jenjang kelas XI IPS 1 semester gasal peserta didik diharapkan dapat menuntaskan beberapa pokok bahasan ekonomi, yakni konsep dasar ilmu ekonomi, permasalahan ekonomi, pelaku ekonomi, permintaan dan penawaran. Prestasi belajar ekonomi ini dapat diperoleh melalui pelaksanaan post test dengan tujuan guru memperoleh informasi seberapa banyak peserta didik dapat menguasai pelajaran. Dengan cara evaluasi dapat diketahui seberapa banyak tingkat pemahaman peserta didik, dan dapat juga diketahui kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
Pengukuran hasil belajar dapat dilakukan melalui serangkaian evaluasi, salah satunya melalui pelaksanaan ujian tengah semester (UTS) ataupun ujian akhir semester (UAS). Berdasarkan data dokumentasi hasil pelaksanaan UAS di atas, banyak peserta didik yang belum mencapai nilai KKM. Banyaknya peserta didik yang belum mencapai nilai KKM dapat disebabkan karena peserta didik kurang konsentrasi, kurang memahami materi yang diajarkan atau menemui kesulitan-kesulitan yang lain selama mempelajari pelajaran ekonomi.



Khususnya di SMA Negeri 3 Waesala, pembelajaran ekonomi dikalangan para siswa merupakan masalah yang cukup rumit, meskipun guru bidang studi sudah berusaha dalam melakukan proses pembelajaran namun hasilnya belum maksimal. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik mengungkap tentang rendahnya hasil belajar dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil diskusi awal bersama guru sala satu guru yang juga merupakan wakasek kesiswaan terkait hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi beliau mengatakan hasil belajar siswa belum maksimal, hal ini disebabkan karena kurangnya minat, dan motivasi belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi. Dalam hal ini kemampuan belajar ilmu ekonomi dikalangan pelajar masih sangat rendah, dalam pengertian bahwa para pelajar belum mampu memahami aspek-aspek yang terkandung dalam ilmu ekonomi itu sendiri.
Mengingat bahwa peserta didik berkedudukan sebagai objek dalam kegiatan pembelajaran, maka perlu diketahui faktor yang melatarbelakangi kesulitan belajar yang dialami peserta didik dalam mempelajari ekonomi. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar faktor internal dan eksternal menjadi penyebab rendahnya hasi; belajar ekonomi peserta didik, sehingga penulis memberi judul penelitian ini “ ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RENDAHNYA HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK (Studi Kasus Mata Pelajaran Ekonomi di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 3 Waesala Kabupaten Seram Bagian Barat Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018)”

1.2 Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang masalah yang diungkapkan di atas, peneliti mengidentifikasi beberapa permasalahan yaitu sebagai berikut.
  1. Pemaparan materi ekonomi masih kurang efektif dibuktikan dengan perolehan hasil belajar ekonomi yang belum memenuhi KKM.
  2. Peserta didik masih merupakan objek dalam proses pembelajaran sehingga perlu motivasi karena partisipasi peserta didik masih rendah.
  3. Faktor penyebab rendahnya hasil belajar dapat berasal dari internal peserta didik, eksternal peserta didik, dan materi pembelajaran.
  4. Hasil prestasi belajar peserta didik masih rendah dibuktikan dengan rata-rata hasil UAS peserta didik yang dibawah KKM.
  5. Banyaknya peserta didik yang belum mampu mencapai nilai KKM.
  6. Rendahnya hasil belajar dalam memahami materi ekonomi dapat mengganggu kemampuan verbal/non verbal.

1.3  Pembatasan Masalah
            Berdasarkan identifikasi masalah yang ada dan agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, maka diperlukan batasan masalah dalam penelitian ini. Penelitian ini terbatas pada masalah faktor internal dan eksternal yang menyebabkan kesulitan belajar peserta didik Sekolah Menengah Atas Negeri (SMA N)  Waesala kelas XI IPS di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun ajaran 2017/2018 dalam memahami mata pelajaran ekonomi.

1.4   Rumusan Masalah
            Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

  1. Faktor-faktor penyebab rendahnya hasil belajar ekonomi yang dialami peserta didik SMA N Waesala  kelas XI IPS 1 Semester Gasal di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun ajaran 2017/2018?
  2. Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar ekonomi peserta didik SMA N Waesala kelas X IPS 1 Semester Gasal di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun ajaran 2017/2018?

1.5  Tujuan Penelitian
            Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui:
  1. Faktor-faktor  penyebab terbesar rendahnya hasil belajar ekonomi yang dialami peserta didik SMA N Waesala kelas XI IPS 1 Semester Gasal di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun ajaran 2017/2018
  2. Untuk mengetahui upaya –upaya yang dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar ekonomi yang dialami peserta didik SMA N Waesala kelas XI IPS 1 Semester Gasal di Kabupaten Seram Bagian Barat tahun ajaran 2017/2018.

1.6  Manfaat Penelitian
            Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik teoritis ataupun praktis, antara lain:
1  Manfaat Teoritis
a)        Dalam penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan konsep- konsep dan teori-teori terkait hasil belajar siswa
b)        Dapat berguna bagi penulis dalam mengiplementasi ilmu pengetahuan yang didapat dari perguruan tinggi dan Sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya
2  Manfaat Praktis
  1. Bagi Peneliti
            Dapat memberikan informasi mengenai rendahnya hasil belajar yang dialami peserta didik SMA N  Waesala kelas XI IPS 1 Semester Gasal di Kabupaten Seram Bagian Barat  tahun ajaran 2017/2018.
  1. Bagi Guru Mata Pelajaran Ekonomi
1)        Dalam  penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan khasanah ilmu pengetahuan tentang pengembangan belajar yang berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar siswa.
2)        dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi nyata untuk pihak sekolah, guru dan khususnya siswa sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam memperhatikan serta memperbaiki hasil belajar siswa agar lebih baik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Kajian Teori
2.1.1 Belajar
2.1.1.1  Pengertian Belajar
            Pengertian belajar dapat kita temukan dalam berbagai sumber atau literatur. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan di dalam rumusan, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Menurut B.F Skinner (dalam Syah 2005:90) menyatakan bahwa belajar adalah . . . a process of progressive behavior adaptation. Menurutnya, proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforce). Sedangkan Wittig (dalam Syah 2005:90) mengemukakan belajar sebagai: any relatively permanent change in an organism‟s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.
            Cronbach (dalam Suryabrata 2007:231) menyatakan bahwa learning is shown by a change in behavior as a result of experience, jadi menurut Cronbach belajar yang baik adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan pancaindranya. Kemudian, Hamalik (1980:28) juga menyatakan belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perolahan dalam diri seorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan.
Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. kemampuan orang untuk belajar menjadi ciri penting yang membedakan jenisnya dari jenis-jenis mahluk yang lain Gredler dalam Aunurrahman (2012: 38).  Menurut John Dewey dalam Jihad dan Haris (2012: 2) belajar merupakan bagian interaksi manusia dengan lingkungannya. Bagi john dewey pelajar harus dibimbing kearah pemanfaatan kekuatan untuk melakukan berpikir reflektif. Herman Hujodo dalam Jihat dan Haris (2012: 3) belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Oemar Hamalik (2008: 20) mengemukakan bahwa belajar merupakan suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi padatingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi berdasarkan proses (sebagai alat atau means) akan tetapi tujuan (ends), sesuatu yang dikehendaki dalam pendidikan. James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi (2004: 126) menjelaskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.. Dengan demikian belajar yang efektif adalah melalui pengalaman.
Dalam proses belajar, seseorng berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya. Witherington dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 155-156) menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan terbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).
Berdasarkan definisi di atas, dapat diterangkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru dan lain sebagainya. Belajar itu juga akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka merubah tingkah laku kearah yang lebih baik sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.
Teori belajar menurut Ausubel (dalam Dahar 2011:94) menyatakan belajar yaitu suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Berlangsungnya belajar, menghasilkan perubahan-perubahan dalam selsel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang dipelajari. Dari berbagai pandangan dan definisi tentang belajar, maka dapat disimpulkan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: pertama, belajar merupakan suatu aktivitas atau usaha yang disengaja. Kedua, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku atau penemuan baru. Dari beberapa kesamaan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang di sengaja untuk mendapatkan pengalaman atau perubahan tingkah laku baik melalui latihan maupun pemecahan masalah.
Berikut ini adalah beberapa kelompok teori yang memberikan pandangan khusus tentang belajar, diantaranya; (1) Behaviorisme; (2) Kognitivisme; (3) Teori belajar psikologi sosial; dan (4) teori belajar Gagne.

1) Behaviorisme
Para penganut teori behaviorisme meyakini bahwa manusia sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian didalam lingkungannya yang memberikan pengalaman-pengalaman tertentu kepadanya. Behaviorisme menekankan pada apa yang dapat dilihat, yaitu tingkah laku, dan kurang memperhatikan apa yang terjadi didalam pikiran karena tidak dapat dilihat. Skinner beranggapan bahwa perilaku manusia yang dapat diamati secara langsung adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya Semiawan, (2002: 3).

2) Kognitivisme
Menurut Aunurrahman (2012: 44) teori belajar ini tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi atau pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan-tujuannya.karena itu belajar menurut Kognitivisme diartikan sebagai perubahan persepsi dan pemahaman.

3) Teori Belajar Psikologi Sosial.
Menurut Aunurrahman (2012: 46) teori belajar psikologi sosial proses belajar jarang sekali merupakan proses yang terjadi dalam keadaan menyendiri, akan tetapi melalui interaksi-interaksinya. Interaksi tersebut dapat; (1) searah (one directional), yaitu bilamana adanya stimulasi dari luar menyebabkan timbulnya respons, dua arah, yaitu apabila tingkah laku yang terjadi merupakan hasil interaksi antar individu yang belajar dengan lingkungannya, atau sebaliknya.

4) Teori Belajar Gagne
Teori belajar yang disusun Gagne dalam Aunurrahman (2012: 46) merupakan perpaduan yang seimbang antar Behaviorisme dan kognitivisme yang berpangkal pada teori pengolahan informasih. Menurut Gagne cara berpikir seseorang tergantung pada; (a) keterampilan apa yang telah dimilikinya; (b) keterampilan serta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas. Surchmad dan Bruno dalam Sartika (2013: 17) mengatakan bahwa kebiasaan diasumsikan sebagai pola perilaku yang dipelajari dan dihadapi dengan penampilan yang menetap dan berlangsung secara otomatis.selain itu, kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning, contoh siswa yang belajar bahwa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa tadi. Kebiasaan belajar yang efektif merupakan alat yang sangat penting dalam menentukan berhasil tidaknya usaha belajar yang dilakukan.
Kebiasaan belajar adalah segenap perilaku siswa yang ditujukan secara jelas dari waktu ke waktu dalam rangka pelaksanaan studi disekolah (Sartika 2013: 17). Kebiasaan belajar yang baik dapat terbentuk karena lingkungan tempat peserta didik belajar. Kebiasaan belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang diharapkan. Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
1)             Tujuan belajar kognitif yaitu untuk memperoleh pengetahuan fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi, dan kemampuan berpikir analisis, sintesis, dan evaluasi.
2)             Tujuan belajar afektif yaitu untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik.
3)             Tujuan belajar psikomotorik yaitu untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal, dan non verbal”.
Pembelajaran merupakan perpaduan antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Di harapkan dengan adanya interaksi tersebut siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan (widyantini, 2008:1)  Darsono ( 2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik.
 Dari berbagai pandangan dan definisi tentang belajar, maka dapat disimpulkan beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai berikut: pertama, belajar merupakan suatu aktivitas atau usaha yang disengaja. Kedua, hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku atau penemuan baru. Dari beberapa kesamaan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan yang di sengaja untuk mendapatkan pengalaman atau perubahan tingkah laku baik melalui latihan maupun pemecahan masalah.


2.1.2                    Tujuan Belajar
            Hamalik (2009:25) mengatakan tujuan belajar merupakan cara yang akurat untuk menentukan hasil pembelajaran. Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seseorang peserta didik yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, di dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya.
            Kemudian Sardiman (1990:28) menyatakan tujuan-tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan tindakan instruksional lazim dinamakan dengan instructional effects, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan tujuan-tujuan yang lebih merupakan hasil sampingan yaitu: tercapai karena siswa “menghidupi” (to live in) suatu sistem lingkungan belajar tertentu seperti, kemampuan berfikir kritis, sikap terbuka, dan menerima pendapat orang lain. Semua itu lazim diberi istilah nurturant effects.
            Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa tujuan belajar adalah proses menuju perubahan yang dilakukan secara eksplisit untuk menghasilkan suatu pengalaman bagi peserta didik sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

2.1.3                    Prinsip Belajar
Dalam belajar, setiap individu diharapkan memilki pedomanpedoman agar kegiatan pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Slameto (1994:29) menyebutkan sebelas prinsip belajar yaitu:
1)             Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional;
2)             Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
3)             Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional;
4)             Belajar itu proses kontinu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya;
5)             Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery;
6)             Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya;
7)             Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang; 8) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif;
8)             Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
9)             Belajar adalah proses kontiguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan;
10)         Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ketrampilan/sikap itu mendalam pada siswa.
Semua prinsip belajar sebagaimana tersebut di atas saling berkaitan, artinya penerapan suatu prinsip dapat mewujudkan prinsip-prinsip lain. Prinsip-prinsip belajar harus diperhatikan oleh peserta didik maupun guru pada saat pembelajaran berlangsung. Apabila prinsip-prinsip belajar diperhatikan dan dilaksanakan dengan baik, dapat dipastikan pembelajaran akan mencapai hasil seperti yang diharapkan.

2.1.4                    Proses Belajar Mengajar
Menurut Purwanto (2003:106) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses. Sebagai proses di dalamnya harus terdapat sesuatu yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan (keluaran atau output). Menurut Purwanto (2003:106) kegiatan belajar sebagai suatu proses dapat digambarkan sebagai berikut:
 







Gambar 1. Proses Kegiatan Belajar Mengajar
Berdasarkan gambar di atas, masukan mentah (raw input) merupakan bahan buku yang perlu diolah, dalam hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (teaching learning process). Di dalam proses belajar mengajar turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan (enviromental input) dan sejumlah faktor yang disengaja dirancang (instrumental input) guna menunjang keluaran yang dikehendaki (output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan keluaran tertentu. Faktor-faktor dalam proses belajar mengajar di antaranya:
1)        Raw Input
       Di dalam proses mengajar di sekolah, maka yang di maksud dengan „raw input adalah siswa” (Purwanto 2003:107). Sebagai raw input, siswa memiliki karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, baik fisiologis maupun psikologis.
2)        Instrumental Input
Instrumental input atau faktor yang sengaja dirancang adalah kurikulum atau bahan pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen yang berlaku di sekolah. (Purwanto 2003: 107). Instrumental Input merupakan faktor yang sangat penting dan paling menentukan dalam pencapaian hasil/output yang dikehendaki, karena instrumental input inilah yang menentukan bagaimana proses belajar-mengajar akan terjadi dalam diri peserta didik.
3)        Environmental Input
Environmental Input atau faktor lingkungan adalah lingkungan yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi siswa dalam belajar meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
4)        Output
       Output atau keluaran adalah bahan jadi yang dihasilkan melalui proses transformasi (Arikunto 1993:4). Dalam proses kegiatan belajar, output yang dimaksud adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan.
            Berbagai faktor yang terdiri dari raw input, instrumental input, dan environmental input satu sama lain saling melengkapi dan menunjang dalam proses belajar mengajar guna menghasilkan output yang diharapkan.

2.1.5                    Peserta Didik
            Menurut pasal 1 ayat 44 UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang 2003) peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Kemudian, Hamadi (2001:251) juga menuliskan tentang pengertian peserta didik, peserta didik adalah anak yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu.
            Dalam bukunya, Hamalik (2008:99) mengatakan bahwa peserta didik adalah salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, di samping faktor guru, tujuan, dan metode pengajaran. Sebagai salah satu komponen, maka dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen terpenting di antara komponen lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah subjek sekaligus objek yang akan menentukan bagaimana proses belajar mengajar terjadi. Dalam proses pendidikan peserta didik berdiri sebagai masukan (input), dimana peserta didik memerlukan berbagai latihan atau proses sehingga potensi-potensi yang ada dalam dirinya dapat berkembang.
            Berdasarkan definisi-definisi yang diungkapkan di atas dapat disimpulkan bahwa peserta didik adalah orang yang mempunyai potensi dasar, baik secara fisik maupun psikis, yang perlu dikembangkan, untuk mengembangkan potensi tersebut membutuhkan pendidikan dari pendidik.

2.1.6                    Hasil Belajar
2.1.6.1 Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Nana Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dimyati dan Mudjiono (2006: 3-4) juga menyebutkan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Benjamin S. Bloom (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-27) menyebutkan enam jenis perilaku ranah kognitif, sebagai berikut:
a.         Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode.
b.        Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.
c.         Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, menggunakan prinsip.
d.        Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yang telah kecil.
e.         Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. Misalnya kemampuan menyusun suatu program.
f.         Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan.
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPS yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.

2.1.6.2  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar sebagai salah satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran di kelas tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu sendiri. Sugihartono, dkk. (2007: 76- 77), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, sebagai berikut:
a.              Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah dan faktor psikologis.
b.             Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor eksternal meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas, peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penggunaan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif STAD. Pelaksanaan dua jenis model pembelajaran kooperatif ini menuntut keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran ekonomi.









BAB III
METODE PENELITIAN


3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya sendiri. Menurut Sudjana N dan Ibrahim (2004:64) penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Dengan kata lain penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian kepada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Dalam penelitian ini, metode deskriptif digunakan untuk menganalisis, mengklarifikasi, dan menginterpretasikan data yang diperoleh, untuk memperoleh jawaban permasalahan yang diajukan.


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 3 Waesala Pada Semester Gasal Tahun Ajaran 2017/2018 Kecamatan Huamual Belakang Kabupaten Seram Bagian Barat.

3.3 Variabel Penelitian
            Menurut Sugiyono (2012:3) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor, dimana didalam analisis faktor variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan variabel terikat, sebaliknya sebagai penggantinya seluruh set hubungan interdependent antar variabel diteliti. Variabel dalam penelitian ini adalah Kesulitan Belajar yang kemudian dikembangkan menjadi 8 sub variabel yakni:
1. Faktor Internal
a) Minat belajar
            Minat belajar adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan yang disertai perasaan senang dan ketertarikan untuk mengulangi. Minat Belajar dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
  1. Ketertarikan belajar ekonomi.
  2. Rasa senang belajar ekonomi.
  3. Perasaan puas ketika belajar ekonomi.
  4. Respon saat belajar ekonomi.
  5. Sikap saat belajar ekonomi.
b) Motivasi belajar
            Motivasi belajar adalah sesuatu yang berasal dari dalam diri yang menimbulkan, mendasari, mengarahkan peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi Belajar dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
  1. Dorongan untuk belajar ekonomi.
  2. Manfaat belajar ekonomi.
  3. Berusaha mengikuti fenomena-fenomena ekonomi.
  4. Membaca sumber materi ekonomi.
  5. Pantang menyerah ketika menghadapi kesulitan.
  6. Berusaha mengatasi kesulitan.
c)        Kemampuan belajar
Kemampuan belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk belajar dan mengaplikasikan hal yang telah dipelajarinya untuk memecahkan masalah atau situasi yang tidak terduga. Kemampuan Belajar dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.        Memahami materi ekonomi.
2.        Menjawab pertanyaan yang diajukan.
3.        Percaya diri atas kemampuan yang dimilki.
4.        Rajin dalam mengerjakan tugas.
5.        Tekun dalam mengerjakan tugas.
d)        Kebiasaan belajar
Kebiasaan belajar adalah suatu cara yang lazim, yang wajar dan diulang-ulang dalam usahanya memahami materi pelajaran. Kebiasaan Belajar dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.                                                             Rutinitas belajar ekonomi.
2.                                                             Mempersiapkan materi sebelum pelajaran.
3.                                                             Review materi ekonomi.
4.                                                             Belajar di waktu luang

2. Faktor Eksternal
a)  Guru
            Guru adalah tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran di lembaga pendidikan. Guru dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.                                 Kemampuan komunikasi guru selama pelajaran.
2.                                 Relasi guru dengan peserta didik.
3.                                 Perhatian guru selama pelajaran.
4.                                 Metode pembelajaran.
5.                                 Penyampaian materi pelajaran.
6.                                 Kualitas guru.
7.                                 Memotivasi peserta didik.


b)   Lingkungan sekolah
            Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi peserta didik. Lingkungan sekolah dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.                                 Alat pembelajaran.
2.                                 Pemanfaatan alat pembelajaran.
3.                                 Sumber bacaan materi ekonomi.
4.                                 Suasana kelas selama pelajaran.
5.                                 Disiplin ketika mengikuti pelajaran ekonomi.
6.                                 Jam pelajaran ekonomi
c)    Teman bergaul
Teman bergaul adalah sekelompok orang yang mempunyai usia yang relatif sama atau sepadan dan saling berinteraksi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan, kebiasaan, dan dalam hal pengambilan keputusan. Teman Bergaul dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.                                                                         Berdiskusi mengenai materi ekonomi.
2.                                                                         Mengutarakan pendapat ketika berdiskusi.
3.                                                                         Belajar kelompok di luar jam sekolah
d) Orang tua
            Orang tua adalah orang dewasa yang berkewajiban untuk memperhatikan, mendorong, memfasilitasi dan memberikan bimbingan kepada anak dalam kegiatan yang positif. Orang Tua dalam penelitian ini diukur dengan indikator sebagai berikut:
1.                                 Perhatian dalam belajar ekonomi.
2.                                 Motivasi dalam belajar ekonomi.
3.                                 Dukungan ketika belajar ekonomi.
4.                                 Suasana rumah.

3.4    Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1 Populasi Penelitian
            Menurut Sugiyono (2013:215) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya Populasi  dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI IPS  1 SMA Negeri 3 Waesala Tahun Pelajaran 2017-2018. Yang berjumlah 30 siswa.
            Untuk menentukan sampel penelitian ini Arikunto (2002 : 112) mengemukakan bahwa apabila jumlah subjeknya (anggota populasi) kurang dari 100, lebih baik di ambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika subjeknya lebih besar di atas 100 maka di ambil 10-15% atau 20-25% atau lebih. Hal ini tergantung pada situasi, kondisi dan kebutuhan di dalam penelitian. Maka Sampel yang diambil dari populasi  adalah 30 seluruh siswa Kelas XI IPS1 SMA Negeri 3 Waesala.

3.4.2 Sampel Penelitian
            Sampel menurut Sugiyono (2013:215) adalah sebagian dari populasi. Sedangkan Arikunto (2010:174) menyatakan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, penentuan sampel berdasarkan dua kategori yaitu sampel sekolah dan sampel peserta didik. Sampel sekolah bertujuan untuk memilih dimana penelitian akan dilaksanakan, pemilihan tersebut menggunakan metode pengambilan sampel adalah pengambilan acak terstratifikasi (stratified sampling). Pengambilan acak terstratifikasi (stratified sampling) adalah suatu teknik pengambilan sampel dimana terlebih dahulu dilakukan pengambilan anggota populasi ke dalam kelompok-kelompok kemudian sampel diambil dari setiap kelompok tersebut secara acak. Teknik ini akan digunakan dalam kelompok sekolah menengah atas negeri yang telah menggunakan kurikulum 2013 berdasarkan rata-rata nilai NEM pada PPDB Sleman tahun 2017/2018. Sedangkan, sampel peserta didik adalah peserta didik kelas X IPS 1 berdasarkan sampel sekolah yang telah ditentukan sebelumnya.


3.5    Metode Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2016: 194), ada 3 teknik pengumpulan data dalam penelitian yaitu: (1) Interview; (2) Kuesioner; (3) Observasi. Teknik pengumpulan data diatas penulis memilih beberapa teknik yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, yaitu interview dan observasi.
1.    Kuesioner (Angket)
       Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono 2013:199). Instrumen penelitian angket disi oleh peserta didik untuk mengukur kesulitan belajar yang dialami. Instrumen yang digunakan adalah angket tertutup, yaitu angket yang telah dilengkapi dengan alternatif jawaban sehingga responden dapat langsung memilih salah satu jawaban yang tersedia. Jawaban responden akan dikonversikan dengan skor 1-4.
Tabel 1. Kriteria Penskoran Angket
Kriteria
Skor Positif
Skor Negatif
Sangat Tidak Setuju
1
4
Tidak Setuju
2
3
Setuju
3
2
Sangat Setuju
4
1

2.    Interview
Pada penelitian ini peneliti menggunakan wawancara terstruktur, wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh.

3.        Observasi
Teknik ini menuntut adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian. Bungin (dalam Noor 2011: 140), mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, tidak terstruktur, dan kelompok tidak terstruktur.
4.        Dokumentasi
Studi dokumen merupakan teknik pengumpulan data dengan mengumpulkan catatan atau dokumen-dokumen yang terkait dengan penelitian. Studi dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi yang digunakan untuk mengetahui data pengetahuan kognitif peserta didik berupa nilai UAS kelas XI IPS1  tahun ajaran 2017/2018 yang telah dilaksanakan di SMA Negeri 1 Waesala Kabupaten Seram Bagian Barat. Materi pokok yang diujikan adalah konsep ilmu ekonomi, masalah pokok ekonomi dan sistem ekonomi, pelaku kegiatan ekonomi, dan permintaan, penawaran, dan pasar. Peserta didik didiagnosa mengalami kesulitan dalam belajar apabila tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)
3.5 Teknik Analisis Data
            Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2017: 337) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu Data Reduction, data display, cloncusion drawing/veriviction.
Reduksi Data
            Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang dianggap tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direkduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada penelitian ini peneliti akan mereduksi data dengan memfokuskan pada rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi.
Display Data
            Pada tahap ini peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan dari data yang dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi teroganisirkan, tersusun dalam pola hubungan sehingga makin mudah difahami dan merencanakan kerja penelitian selajutnya. Penyajian data display dimaksukkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan disisihkan untuk disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai kategori yang sejenis untuk ditampilkan agar selaras dengan permasalahan yang dihadapi, termasuk kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh pada waktu reduksi data.
Conclusion Drawing / Varification
            Varifikasi merupakan kegiatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung baik pada awal memasuki tempat penelitian, pengambilan data penelitian sampai pada penyajian data. Data yang diperoleh diverifikasi dari sumber data berupa triangulasi yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. Semakin banyak data yang diperoleh maka semakin membuat kejelasan dari kesimpulan yang diperoleh terhadap masalah yang dihadapi.














DAFTAR PUSTAKA



Abdurahman, M. 2007. Pendidikan Bagi Anak berkesulitan Belajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasarn untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Revisi Taksonomi Bloom). Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Dasar-Dasar Evaluasi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin. 1992.  Reliabilitas Dan Validitas. Yogyakarta: Sigma Alpha,
Buchori, Mochtar. 1980. Teknik-Teknik Evaluasi Dalam Pendidikan. Bandung: Jemmars.
Dahar, Ratna Wilis. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Dalyono, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. UndangUndang RI Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
_________. 2013. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan – Penjaminan Mutu Pendidikan Tahun 2013, tentang Pedoman Peminatan Peserta Didik
Gafur, Abdul. 2012. Desain Pembelajaran: Konsep, Model, dan Aplikasinya dalam Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Gudono. 2011. Analisis Data Multivariat. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Gunarso. 1993. Prestasi Belajar. Yogyakarta: PT. Remaja Rosdakarya
Hadi, S. 2001. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta: Andi Offset.
Hamadi, A. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Hamalik, O. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.
Irham, M. dan Wiyani, N.A. 2013. Psikologi Pendidikan Teori dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Jakarta: Ar-Ruzz Media.
Komarudin. 2009. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Madjid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.
Makmun, Abin Syamsudin. 2011. Psikologi Pendidikan Perangkat Sistem Modul. Bandung: Rosda Karya.
Purwanto, Ngalim. 2003. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Remaja Rosda Karya.
Permendikbud. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016, tentang Standart Isi Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM Mata Pelajaran Ekonomi.
Sardiman, A.M. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei, Edisi Revisi, LB3ES, Jakarta.
Sitinjak, Tumpal JR & Sugihartono.  2006. Lisrel. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sudjana, N. dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaiaan Pendidikan. Bandung: Sinar Baru.
Algesindo Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
________ . 2012. Statistik Untuk Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
 _________. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumardi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana DR. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suyanto dan Nurhadi. 2000. Pokok-Pokok Pembelajaran Pendidikan Ekonomi. Jakarta: Depdiknas.
Slemeto. 2008. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sri Rumini, dkk. 1992. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Syah, Muhibbin. 2005. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja.
Rosdakarya Tirtarahardja & Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.


Komentar

Postingan Populer